Selasa, 21 April 2009

hari kartini

Hari ini tanggal 21 April telah disepakati sebagai hari KARTINI, maksudnya untuk mengenang sosok KARTINI. Kartini adalah seorang perempuan Indonesia, seorang Wanita Indonesia, seorang istri dari seorang Bupati di Rembang (?) yang mana negara kita belum merdeka, waktu itu, alias masih dijajah oleh Kolonial Belanda/Niederland/Holland.Konon Kartini adalah istri ketiga dari Bupati tsb, yang mana pada waktu itu hal biasa para tokoh2 masyarakat atau bangsawan dsbnya mempunyai istri lebih dari satu, karena ya memang nilai2 masyarakatnya masih kental dengan Islam tradisional, kala itu. Wanita pingitan pun adalah hal biasa, bahkan mulia seorang wanita yang tinggal dirumah saja, mengabdi pada suami, pada kluarga, mengasuh anak2 dan tunduk pada etika kluarga besarnya. Adalah suatu prestasi besar, kala itu bahwa Beliau, Ibu kita Kartini ini, rajin menulis surat ke Negeri Nederland, alias Belanda kepada kenalannya, ya sebagai istri Bupati di Jawa, tentu pribadi beliau punya pengaruh dan Visiten Card untuk bisa melaksanakan komunikasi via Pos Laut, dan pula dalam bahasa Belanda.
Surat2 inilah yang sekarang merupakan dokumen yang berharga, bagaimana menggambarkan kondisi, imaginasi bahkan mungkin obsesi seorang Perempuan, yang kala itu tidak banyak bisa berbuat sesuatu untuk merubah keadaannya atau keadaan kaumnya, secara lazim tentunya. Surat2 tersebut yang terpelihara dengan baik dan akhirnya dibukukan dengan judul # HABIS GELAP TERBITLAH TERANG#. Judul tsb. mirip dengan sepenggal ayat dalam Alquran, yaitu yang sering kita ucapkan dalam doa2 kita, yaitu, Akhrijni minal zulumaati ilan nuur,, Keluarkan, bawalah saya dari (kondisi) kegelapan ke (kondisi ) yang terang,,. Sungguh cara yang cerdas untuk mengadakan perubahan, atau menanamkan bibit perubahan secara tak langsung, pelan tapi pasti. Pemanfaatan kondisi2, persyaratan2 di masyarakat Belanda, negara kolonial tapi maju dan kaya. Ketertarikan dan empati rakyatnya pada masyarakat lain, juga kebiasaan memelihara peninggalan, arsip, benda2 antik dsb, sehingga benda2 bisa terpelihara dengan baik. Kebalikannya dengan kebiasaan dinegara2 yang belum maju, feeling, perasaan dan penghargaan terhadap benda2 dan barang2 peninggalan, bahkan dokumen2 dan tulisan2 ilmiah sangatlah lemah dan tidak ada kepedulian. Lemahnya perpustakaan dan center2 kebudayaan di negara kita jangan sampai menjadi bom waktu yang pada suatu kita untuk kesekian kalinya kita terbelalak lagi betapa ketinggalannya budaya kita, dan betapa rapinya negara2 lain mengatur dan mengembangkan budayanya. Wallahualam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar